Rabu, 25 Juni 2014
Pagi-pagi malam
(mungkin jam 4 pagi lebih…) aku sudah dibangunkan Mama dan Papa. Tidak, ini
bukan untuk sahur hehehe… tapi aku mau berangkat ke Jogja, yeyeye! Aku mandi secepat
kilat. Dan… dalam hitungan menit aku selesai. Taksi yang sudah dipesan sejak
kemarin sudah menunggu dan siap mengantarkan aku, Mama, dan Papa ke Stasiun Kereta
Api di Senen!
Aku senyum-senyum sendiri hehehe... kata Mama atau Papa aku suka dibilang keom-keom, apaan tuh keom? Mungkin sejenis senyuman yang mengandung arti. Artinya apa? Hanya aku yang tahu hihihi. Yah... ini seperti pertama kalinya lagi untukku. Karena terakhir kali naik
kereta, aku masih kecil dan yucu. Waktu itu umurku baru 3 tahunan (kalo Mama sih ingat tanggal 21 Maret 2007). Aku sih lupa-lupa ingat.
Di stasiun, aku lihat
sudah banyak orang. Aku berkali-kali melihat jam di dinding. Jam 7 rasanya masih lama.
Padahal aku sudah tak sabar ingin naik kereta. Sampai akhirnya Papa ngasih tahu aku dan Mama untuk segera siap-siap menuju kereta. Katanya
keretanya sebentar lagi mau datang. Wah, asyiiik!
Dan saat keretanya datang,
aku difoto-foto sama Mama. Ammmm... aku sebenarnya agak males difoto-foto, soalnya
kesannya narsis banget gitu hehehe! Tapi ya udahlah aku difoto aja deh. Tut, tuuut… wah
keretanya datang. Aku langsung naik cari kursiku 6A, 6B dan 6C.
Aku duduk dengan Mama.
Tapi… Papa berseberangan, ia duduk dengan penumpang lainnya. Wah, padahal
aku maunya depan-depanan. Tapi karena tiketnya sudah habis, jadi ya sudah gapapa, yang
penting sampai ke Jogja.
Selama di perjalanan
rasanya sih antara seru dan malesin hihihi. Serunya itu, pastinya aku senang
laaah... naik kereta api, bisa merasakan lagi seperti apa sih naik kereta api. Terus kan
aku bisa melihat pemandangan, makan perbekalan di kereta api dan hei… kadang-kadang kereta
api itu suka masuk-keluar terowongan. Itu seperti tiba-tiba malam bagiku. Seru. Tapiii…
yang bikin malesin itu adalah penumpang depanku itu tak bisa diam. Mereka
sepertinya ayah dan anak perempuannya. Anaknya sih lebih banyak diam dan main tablet kayak aku. Tapi ayahnya itu
tidak bisa diam dan yah… malesin deh pokoknya huehehe. Pegel kali.
Eh, iya ngomong-ngomong
pegel… sepertinya Papa juga pegel tuh. Dari mulai berangkat sampai tiba di
Jogja gual-geol terus. Hihihi, aku dan Mama jadi ketawa-ketawa kecil. Papa itu
berdiri, duduk, berdiri, duduk. Kadang-kadang jalan-jalan di lorong kereta atau
bolbal ke toilet. Katanya pegal punggungnya. Sambil berdiri ikut nimbrung cemal-cemil juga deh Papa hehehe...
Fyuh, untungnya
waktu segera berlalu. 8 jam hampir kami lalui. Penumpang di kereta sudah banyak
yang turun di halte-halte sebelumnya. Itu kesempatan bagus! Papa pindah ke
kursi yang kosong, di belakang aku dan Mama. Mama dan aku juga ikut-ikutan Papa deh. Lumayaaan... walaupun cuma sebentar, tapi sempat duduk ngumpul hahaha… dan gak malesin lagi hehehe...
Lalu? Yeyeyeee… aku
sudah tiba di Jogjaaa! Sesampainya di
stasiun Jogja, kami agak kebingungan
mau naik taksi apa. Dan karena sudah pegel, kami naik taksi mobil pribadi. Yah, agak
mahal sih, 60.000 rupiah. Padahal jarak dari stasiun ke hotel cukup dekat. Sebenarnya
bisa tuh sekitar 20.000 atau 25.000 rupiah. Tapi ya sudahlah… biar cepat sampai
ke hotel. Liat nih, aku dan Mama foto narsis di dalam taksi... cheersss!
Peace yow yow peace! Semangat menjelajah Jogja! |
Yeyeye…
Aku Sudah Sampai di Hotel!
Yesss, kami sampai
di Hotel Puri Pangeran. Hotel ini terletak di kawasan Pakualaman. Saat aku
memasuki hotel ini, ummm... cukup bersih dan terawat. Ada tamannya.
Bangunannya itu campuran deh. Kalau kata Mama sih, gaya bangunannya perpaduan dari
Jogja, Bali dan modern minimalis. Papa juga bilang, pendopo tempat makan
seperti Joglo… tapi beberapa kamar di pojokan itu bergaya Bali, ada
patung-patung dan temboknya menggunakan bata orens. Yeuyeuyeu.
Setelah check in
dan lain-lain, aku masuk deh ke kamar. Hmmm, akhirnya aku bisa rehat deh. Aku langsung
nyebur ke kasur hehehe… emangnya berenang, ya? Setelah santai-santai sebentar
aku cuci tangan dan kaki. Lalu aku melanjutkan makan bekal yang dibawa dari Jakarta tadi. Nasi,
rendang dan tahu. Hmmm, nyam… nyam... nyaaam!
Lapar lagi, lanjut makan rendang aaah, hmmm... |
Jalan-Jalan
Malam di Malioboro
Papa lagi googling map... |
Tapi kalau buat Papa sih,
kalau belum ketemu nasi, katanya serasa belum makan. Pizza itu hanya makanan
pengganjal sementara aja. Jadi saat keluar dari mal, setelah kami mencari souvenir
dan kaos khas Jogja… Papa segera membeli gudeg. Karena Papa ingin makan
makanan khas kota Jogja dong... kan ini udah di Jogjaaa…!
Kamis, 26 Juni 2014
Persiapan ke Borobudur
Pagi-pagi malam, aku sudah siap. Mama dan Papa juga sudah siap. Bapak supir elf lebih siap lagi, hahaha! Siap ke mana? Yaaa, siap tour ke Borobudur dong hehehe!
Di mobil, aku, Mama
dan Papa duduk di belakang Pak Supir (...yang sedang bekerja... mengendali kuda supaya baik jalannya, hei... duk dik dak dik duk dik dak dik du...uuk! Kok jadi nyanyi ya aku? :P)
Mobilnya lumayan nyaman, bersih. O, ya
Pak Supir bilang… katanya mau mampir dulu ke 2 tempat. Untuk mengambil
penumpang lainnya. Setelah tiba, ternyata mereka bule semuanya lho… cuma aku
yang bukan bule hehehe. Tapi meski bukan bule, kalau di sekolah sih aku suka
dipanggil teman-teman “Hei, buleee!” Apa seeehhh....
Perjalanan menuju
Borobudur berjalan lancar. Aku dan Mama asyik melihat-lihat pemandangan di
sepanjang perjalanan. Sesekali Mama mengeluarkan makanan ringan buat dicemil.
Aku sih ngemil pizza semalam. Tinggal 1 lagi sih, tapi lumayan lah buat
sarapan. Bule-bule itu kayaknya pada tidur di belakang. Kalau Papa sih asyik
ngobrol dengan Pak Supirnya.
Hei,
Aku Melihat Candi Borobudur!
Sampai di kawasan
Borobudur, Papa membeli tiket masuk. Tahu nggak, aku harus melalui “gerbang”
yang pake di-scan kayak di halte busway Transjakartaitu, lho! Yang ada penghalang besinya
itu. Dan setiap langkah-langkah cara masuk gerbangnya itu sampai diumumkan pake
pengeras suara segala dengan jelaaas sekali. Misalnya begini: “Silakan berikan
tiket Anda kepada penjaganya. Lalu dorong besi penghalangnya ke depan. Silakan
masuk. Blablabla…” Terus, sebelum masuk lebih dalam, Mama dan Papa harus pakai
sarung “kain pantai” yang mereka sediakan. Mungkin sebagai bentuk kesopanan dan penghormatan pada kebudayaan, ya? Sebab
candi ini kan tempat bersembahyangnya umat Hindu.
Daaan…. heiiii aku
sudah ada di depan Borobuduuur yang megaah! Hehehe… akhirnya aku bisa melihat langsung nih bangunan
Borobudur. Selama ini aku hanya melihatnya di tv atau di buku ensiklopedia.
Aku tak sabar
menaiki tangga demi tangga. Lumayan juga ya membuat aku berkeringat seperti
olahraga. Mama juga duduk-duduk dulu di samping tangga, untuk istirahat dan
foto-foto. Ah, Mama mah narsis hehehe… kalau gak minta difoto, malah
foto-fotoin dan syuting-syutingin aku terus deh :p.
Sambil menuju puncak... istirahat & foto-foto dulu di tangga. |
Borobudur itu bagus
sekali ya. Aku lihat stupanya banyak, ada yang ukuran sedang dan besar di
puncaknya. Di sisi-sisi temboknya ada gambar batu. Kata Mama itu relief.
Reliefnya itu bercerita tentang sesuatu. Hmmm, nanti aku cari tahu ah di google
cerita apa saja itu. O, ya… aku juga mencoba menyentuh tumit patung yang ada di
dalam stupa. Ternyata agak sulit. Karena kan tidak boleh memanjat. Kalau
memanjat, mungkin bisa kena tumitnya. Tapi itu kan namanya curang dong…
Setelah puas di
berputar-putar, naik turun, foto-foto di sekitar candi… aku minta segera turun.
Kata Papa aku ini nggak sabaran. Padahal aku merasa aku sudah melihat semuanya,
aku rasa sudah cukup hehehe! Tapi Bapa’ masih ingin memotret-motret relief.
Jadi aku dan Mama turun dan berhenti di “lantai dasar” Borobudur saja.
Mama syuting-syuting aku, sekarang Papa foto'in aku dan Mama :) |
Aku yang
foto-foto Mama aja deh, hasilnya lumayan bagus, lho! Setelah itu, Papa turun
juga deh… dan aku foto bareng deh mereka.
O, ya... saat di bawah Papa membeli banyak kaos jogja dan buku tentang Borobudur. Kalau aku sih minta dibeliin stupa-stupaan sebagai tanda aku pernah ke tempat ini. Mama beli apa? Mama malah beli tahu dan bakso tusuk hahaha… rasanya sih tidak seenak cilok Bandung, tapi lumayan lah buat iseng-iseng katanya.
Sekarang giliran aku foto-fotoin Mama & Papa, gimana... bagus kan hasil jepretanku? |
O, ya... saat di bawah Papa membeli banyak kaos jogja dan buku tentang Borobudur. Kalau aku sih minta dibeliin stupa-stupaan sebagai tanda aku pernah ke tempat ini. Mama beli apa? Mama malah beli tahu dan bakso tusuk hahaha… rasanya sih tidak seenak cilok Bandung, tapi lumayan lah buat iseng-iseng katanya.
Melihat Candi Mendut Sebentar…
Selesai dari Candi Borobudur,
kami diantar ke Candi Mendut. Tapi tidak turun, Papa sih cuma foto-foto aja.
Candi Mendut tidak sebesar Candi Borobudur. Kalau kubaca di buku tentang
Borobudur itu sih… dulunya, umat Hindu itu sebelum ke Borobudur, singgah dulu
ke Candi Pawon dan Candi Mendut. Ada urutannya gitu deh...
Mama
Promo Mirota Terus, Deh
Mirota! Mirota! Mirota! |
Lumayan, aku dapat wayang! |
Baiklah… aku
lanjutkan lagi tentang Mirota. Kulihat… Mama sedang mencium-cium beberapa
parfum kesukaannya. Sesekali ia berputar ke arah etalase yang memajang
gelang-gelang besar. Mama memang suka membeli gelang berukuran besar.
O, ya… Papa
ke mana ya? Hohoho… Papa sedang ke Pasar Beringhardjo dulu. Pasar Beringhardjo
itu berada tepat di seberang Mirota. Pasar ini termasuk pusat oleh-oleh juga. Di sana banyak dijual pakaian, makanan, souvenir dan lain-lainnya
khas Jogja. Harganya pun bisa lebih murah dari Mirota… tapi ya harus pintar
menawar-nawar. Di sana, Papa membeli baju batik, oleh-oleh makanan seperti
lamting dan bakpia… dan mencoba makan gudeg langsung secara live di tempat…
serta membeli beberapa bungkus gudeg untuk makan sore di hotel nanti hehehe!
Ke
Tempat Pergudegan!
Malamnya, kami
siap-siap lagi untuk ke luar hotel. Awalnya sih cuma mau beli aqua, makanan
cemilan, buah-buahan, dan sabun di Indomart. Habis, bingung juga mau ke mana
yaaa hehehe... Mama sih malah mau ke Mirota lagi. Kata Papa kalau malam-malam
waktunya kurang. Lebih baik besok saja.
Jadiii… akhirnya
diputuskan ke pusat pergudegan di Jalan Wijilan! Ke sana kami menggunakan 2
becak. Aku dengan Mama. Papa sendirian. Setelah, memasuki gerbang Jalan
Wijilan dan kedai-kedai gudeg di sana, aku dan Mama jadi membahas buku komik 3
MANULA JALAN-JALAN KE SELATAN JAWA hahaha! Persis sekali seperti di dalam buku komik itu
keadaannya.
Ya, kami memilih berhenti di kedai gudeg Yu Jum. Ada 2 restoran Yu
Jum yang berdekatan. Satunya restoran besar, satu kecil dan lesehan. Saat kami
turun dari becak, kedua tukang becak itu menawarkan, mau ditunggu apa
ditinggal. Mereka tidak berkeberatan kalau disuruh menunggu. Ummm, tapi… kata Papa
gapapa deh ditinggal juga, soalnya takut kelamaan, kasian ntar nunggu…
Di Yu Jum, kami
memesan gudeg, rasanya enak tapi ternyata agak mahal ya. Dan agak
lempeng-lempeng begitu ya pelayannya. Setelah selesai makan, kami berjalan
sambil melihat-lihat kedai yang ada di sana. Tepat di depan Kedai Gudeg Bu
Widodo, Papa masuk dan memesan beberapa bungkus. Wah di sini ternyata harganya
jauh lebih murah dan pelayannya malah lebih ramah deh perasaan. Habis itu…
pulang deh mencari becak.
Whoaaa…
Satu Becak Bertiga!
Nah… pas mau cari becak
lagi… ternyata abang becaknya itu agak susah dicari alias jarang. Ada sih, tapi mereka itu abang-abang becak yang sedang nungguin penumpang yang lagi makan gudeg.
Wah… kalau tahu gitu sih mendingan disuruh nunggu aja tadi?
Ya sudahlah… singkat
cerita akhirnya dapat juga becak. Tapi cuma ada satu. Abang becak itu mau
nganterin kita ke hotel. Aku lihat… dia itu sudah tua sekali sepertinya. Badannya
juga tidak besar. Tapi, kata si abang becaknya, gini… “Ndakpapa bertiga juga wong dah biasa.” Iya mungkin biasa, tapi kan aku, Mama dan Bapa’ bukan keluarga
biasa. Keluarga besar. Maksudku… keluarga berbadan tinggi besar hahaha!
Bisa dibayangkan
kan... ketika aku, Mama dan Papa masuk dalam satu becak? Menuh-menuhin bungkusnya! Mana bawa belanjaan dan tas-tas, lagi. Apalagi abang becaknya sudah tua, sepertinya
ia perlu mengeluarkan banyak tenaga tambahan. Mungkin habis menarik becak, dia
perlu makan gudeg sepiring-sepiring dari tiap kedai di Wijilan hihihi! Pantasnya yang
menggowes becak kami itu adalah… Bima dari Pandawa Lima itu,
lho… baru deh paaasss!
Tahu, nggak... itu sepanjang perjalanan aku nggak bisa menahan ketawa hahaha… menurutku kalau
dilihat dari luar kami itu tampak lucu sekali! Apalagi ketika jalannya agak sedikit
nyengsol-nyengsol, menanjak, dan melambat… aku jadi geli campur kasihan memikirkan abang
becaknya. Udah gitu, Mama juga ngomong yang lucu-lucu… katanya “Wah, Mama harus
duduk nyender terus nih sama Bapa’ supaya becaknya gak kejungkel ke depan Hahaha!”
Trus Mama bilang lagi katanya pahanya pegal menahan berat badanku yang 44,5
kilogram ini hihihi…! Aku jadi semakin ingin ketawa.
Harusnya duduk sendiri-sendiri kayak gini kali yaaa hehehe...! |
Yah, begitulah…
karena kami sudah tak tega lagi akhirnya diputuskan turun depan Indomart saja.
Tidak sampai hotel. Kasian hehehe. Setelah itu kami berjalan kaki ke hotel.
Fyuh, ada-ada saja ya. Aku bilang sama Mama, “Mama, aku gak mau naik becak
bertiga lagi ah, serem takut jatoh huehehe...!”
Sampai di hotel, Papa langsung tidur. Aku sih udah mandi. Hmmm, gimana nih Papa katanya sampai
rumah mau makan gudeg lagi. Tapi malah tidur. Ya sudah aku dan Mama nonton
Mahabharata dulu deh di ANTV. Pas lagi adegan Pandawa di Hutan Ogre. Tapi Mahabharata
belum selesai, aku sudah mulai mengantuk juga. Jadinya aku bobo juga kayak Papa. Mama sih lanjut nonton Mahadewa kayaknya. Ngantuk deh bobo aaah....
Jumat, 27 Juni 2014
Selanjutnya… ke Keraton Jogja!
Tujuan wisataku
hari ini adalah… Keraton Jogja. Seperti biasa deh, perginya naik becak. Becaknya
dua, lho… hihihi!
Eh, aku langsung
cerita di keratonnya aja, ya? Jadi gini… sesampainya di sana, Papa beli tiket. Tiket masuk ke Keraton
Jogja murah, hanya 12.500 rupiah. Ditambah biaya 1000 rupiah untuk yang membawa
kamera digital. Dengan tiket segitu itu, aku bisa menjelajah hampir semua
lingkungan istana yang super luas itu. Kata
Pak Penjaga tiketnya itu… kami diharuskan untuk tidak memakai topi atau kaca
mata bila masuk ke lingkungan keraton. Hmmm, sepertinya untuk menghormati
kebudayaan jawa. Jam berkunjung ke Keraton untuk hari MInggu dan hari lainnya
di batasi dari jam 7 sampai jam 12 siang.
Memasuki areal Keraton Ngayogyakarta, Papa foto-fotoin aku dan Mama dari belakang hehe... |
Pertama kali memasuki gerbang keraton, aku foto-foto dulu. Papa siap dengan kameranya. Dan Mama siap dengan tabletnya. Hmmm, aku melihat suasana sekitarnya. Ada bangunan joglo yang terbuka. Di sana ada semacam penyanyi Jawa, kata Mama itu namanya sinden. Di depan sinden itu, disediakan tempat duduk untuk pengunjung. Aku dan Mama duduk aja sebentar. Sambil melihat-lihat keadaan hehehe!
Setelah
itu, aku mulai menjelajah deh ikut-ikut ke mana Mama dan Papa melangkah. Oya…
di sana ada banyak bapak-bapak atau ibu-ibu berpakaian Jawa. Yaiyalah… hahaha.
Kuperhatikan, yang bapak-bapak itu pakai blangkon, surjan, sama kain. Trus, yang
ibu-ibu disanggul terus pakai kain kemben gitu deh. Kata Papa, mereka itu
disebut Abdi Dhalem. Abdi Dhalem itu… pekerja khusus keraton yang sangat setia
dan hormat pada raja. Trus, mereka itu katanya tidak boleh atau dilarang
membelakangi Kedhaton yang ada di sana. Kedhaton itu kan simbol Raja, tempat Raja duduk. Gitu…
Oya, Papa dan Mama foto bareng sama beberapa abdi dhalem, lho! Malahan sampai
ngobrol-ngobrol segala. Lihat aja tuh difoto, hehehe!
Papa dan Mama Bersama para Abdi Dhalem. |
Setelah
puas di Keraton… aku, Mama dan Papa cari jalan keluar keraton. Siang itu jam
sudah menunjukkan jam 11 lebih. Papa bingung mau jumatan di mesjid mana.
Pas lagi mau cari-cari mesjid gitu, eh ada tukang becak ngedeketin Papa.
Katanya dia tahu mesjid yang dekat dengan tempat wisata. Lalu, Papa setuju deh
dan kami naik 2 becak lagi.
Aku, Mama dan
Bapak Nyobain Permainan
di Masangin!
Sepulang Jumatan, aku bilang sama Mama dan Papa, aku ingin ke... Masangin! Itu lho… 2 pohon beringin
kembar. Masangin ini termasuk tujuan aku ke Jogja, hihihi. Soalnya aku lihat di
buku 3 Manula Jalan-Jalan ke Selatan Jawa itu, ada games
di Masangin. Gamesnya itu, mata kita
ditutupi kain hitam, terus berjalan pelan-pelan lurus, tapi… harus sampai di
antara 2 pohon kembar itu. Kalau berhasil, akan mendapat berkah. Gitu.
Ketawa sambil batuk-batuk hahaha! |
Baiklah, saatnya aku mencoba. Setelah mataku ditutup penutup mata, aku mulai berjalan perlahan. Aku mendengar Papa nyanyi-nyanyi juga di sekitarku. Mungkin Papa menyanyi supaya aku merasa tenang ada yang nemenin. Perasaan, aku berjalan jauh sekali. Kenapa belum sampai, ya? Tiba-tiba Papa bilang STOP! Tahu nggak pas aku buka mata ada di mana!? Waaah, malah di depan bapak-bapak! Eh, tapi aku hampir sukses lho… aku ada di sekitar pagar putih di sekitar pagar pohon yang sebelah kiri! Padahal1-2 meter ke kanan sedikiiiit saja, aku sudah bisa dinyatakan berhasil. Waduh, sayang banget yaaa!
Papa udah, aku udah. Mama? Belooom! Giliran Mama lucu deh hihihi… masa baru
ditutupin matanya, jalan sedikit, gual-geol, ketawa-ketawa eeeeh malah langsung belok ke kanan hahaha… kalo dibiarin
bisa membentuk lingkaran hahaha! Jauh banget ah Mama maaah!
Pssst… Abang
Becak Itu Suka Ngatur-Ngatur, Ya?
IYA!
Tukang becak yang ngajak-ngajak ke sana-ke mari dari keraton itu suka
ngatur-ngatur. Mungkin tukang-tukang becak yang di tempat wisata itu suka begitu,
ya? Agak maksa sedikit hehehe! Katanya 20 ribu untuk 5 wisata. Pas Papa tanya
apa aja tuh nama 5 tempat wisatanya? Tahunya tukang becak itu bingung sendiri, gak
tahu 5 tempat wisata itu apa aja.
Lagi di rumah batik... |
Papa lagi ngegangguin pembatik hehehe. Pembatiknya itu padahal patung, lho! |
Jadi,
akhirnya kami sempat ke Taman Sari tempat pemandian putri-putri kerajaan. Hmmm,
aku lihat-lihat tempatnya kurang terawat deh. Jadi nggak berlama-lama di sana.
Kami hanya melihat-lihat sebentar, foto-foto, istirahat untuk makan. Lalu
kembali ke becak dan minta diturunin di luar keraton aja. Untuk pulang, lebih
baik ganti becak yang tukang becak yang nggak suka ngatur-ngatur, deh!
Waduh, Naik Becak Bertiga Lagi!
Dari
depan keraton itu kami berjalan agak jauh, menghindari tukang becak yang
malesin tadi hehehe! Sampai di ujung jalan kami bertemu tukang becak lainnya
yang kelihatannya lebih ramah. Dia bilang mau antar ke hotel, bertiga satu
becak juga gapapa, katanya.
Aku
liat-liatan sama Mama? Haaa… bertiga lagi. Oh no hehehe! Ya sudah lah, karena
nyari becak agak sulit juga, aku mau-mau aja deh yang penting bisa segera
pulang ke hotel. Eh, tapi sebelum ke hotel, Mama bilang pengen ke Mirota lagi.
Pengen cari batik dan souvenir lainnya. Kali ini aku setuju, aku juga pengen
dibeliin wayang lagi. Biar wayang yang kemarin aku beli, ada temennya hehehe!
Singkatnya
aku, Mama ke Mirota lagi. Kali ini Papa ikut juga belanja di Mirota. Habis itu
ke Beringhardjo lagi deh… Mama dan aku juga ikut Papa loh ke
Beringhardjo Hehehe!
Mampir di
Vredeburg…
Huppp! Aku lagi di Museum Benteng Vredeburg! |
Mumpung masih di sekitar Malioboro, kami jalan-jalan sampai akhirnya mampir dulu ke Museum Benteng Vredeburg untuk melihat-lihat, istirahat, dan foto-foto dulu. Di dalam museum ada banyak diorama-diorama tentang sejarah Indonesia. Aku sempat di-syut juga sama Mama.
Setelah
itu, Mama beli bakso dan siomay yang ada di depan museum hehehe…! Dan naik
becak lagi menuju hotel. Bakso dan siomaynya biasa aja, gak terlalu enak ah.
Sampai
hotel, istirahat dulu. Malamnya Papa keluar sebentar untuk beli makan malam.
Hehehe, bukan gudeg. Tapi… capcay dan nasi goreng kepiting. Wah porsinya banyak
sekali… dan rasanya cukup lezat. Aku kekenyangan…
Fyuhhh, akhirnya sampai hotel juga, besok kita mau pulang ke Jakarta deeehhh... |
Sabtu, 28 Juni 2014
Hari
ini terakhir di Jogja deh. Aku naik kereta lagi yang jam 8. Aku mau ketemu
Jakarta lagi, hehehe! Kapan-kapan mungkin aku mau ke Jogja lagi, hehehe!(selesai)
keren nih ceritanya.
BalasHapusMakasih, Om :)
Hapussaran ya dek, itu Borobudur merupakan "Candi Umat Buddha" bukan hindu dek.
BalasHapus