Rabu, 06 November 2013

Godong Ijo


Saatnya Memancing!

Hari Selasa lalu, 5 November, tanggalnya berrwarna merah. Hmmm, itu berarti… libur tlah tiba, libur tlah tiba, hore, hore, hore! Eh… malahan nyanyi lagunya Tasya hehehe!

I
ya nih, abisnya terlalu senang! Soalnya beberapa hari sebelum Hari Selasa itu, Bapak bertanya sama aku, “Rhandy pilih mana… mau ke Pameran Buku atau ke tempat pemancingan?” Uuu… aku pasti jawab ke pemancingan dong. Aku kan belum pernah mancing. Jadi pengen tahu seperti apa sih rasanya mancing ikan itu?

Nah, di hari yang ditunggu-tunggu itu… aku sudah siap dengan kaos sepak bola putih-hitamku, celana selutut warna biru-putih, topi hitam putih dan sepatu putih (matching kan?). Hehe, biarpun tujuannya mau mancing, gapapa kan pakai kaos bola? Soalnya kaos bola itu kan kainnya dingin. Aku bayangkan tempat memancing itu mungkin gerah, di alam terbuka, terus… mungkin aku akan sering-sering duduk di tanah atau rerumputan. Mungkin….

Mama juga udah siap. Mama sih lebih banyak menyiapkan perbekalan makanan dan minuman. Ya, seperti biasa lah. Mama masukkin roti kupas sama selainya, roti bagelen juga, terus beberapa botol air mineral... kalo lapar kan tinggal LEPPP... haus tinggal GLEK. Bawa baju ganti juga… ya siapa tahu aku bajunya ketumpahan apaaa gitu.

Bapak? Oh, Bapak juga udah siap. Bapak sudah siap pakai T-shirt POLO hitam yang ada tulisan Dewa Ruci-nya (ah… tapi waktu pas nyampe sih ganti baju yang kaos abu-abu… tulisannya apa tuh?). Trus… topi yang ada tulisan COMMANDO, sama celana pendek abu-abu yang waktu itu beli di Bali. Dan juga kacamata item. Bapak itu mau mancing aja pake kacamata item, ya? Nanti ikannya gak keliatan dong!

Oh, ya… aku ceritanya langsung menuju ke tempat pemancingan saja ya? Baiklaaah, tempat pemancingan yang dituju namanya GODONG IJO. Letaknya di Jalan Raya Cinangka No. 60 Bojong Sari Sawangan, Depok.

Pertama kali aku memasuki Godong Ijo, suasananya seperti di mana ya… serasa memasuki hutan atau kawasan alam (atau mungkin… seperti di WALE! Hahaha… itu sih tempat makan mi yamin bakso kesukaanku di Cigadung). Sambil Bapak menjalankan mobilnya perlahan untuk mencari tempat parkiran, aku lihat-lihat ada petunjuk-petunjuk jalan… ada tulisannya: Kolam Ikan Koi, Kolam Ikan Alligator, Kolam Arapaima Gigas. Lalu ada juga Ular  Phyton Albino, dan heiii… ada kura-kura raksasa yang mirip dengan kura-kura Galapagos! Wah, boleh juga nih…

Setelah dapat tempat parkiran, aku, Mama dan Bapak cepat-cepat ke tempat pemancingan. Supaya dapat tempat yang pas. Kulihat orang-orang sudah berdatangan. Ada yang membawa alat pancingan sendiri. Tapi kalau aku sih nyewa aja. Aku, Mama dan Bapak kan pemula. Trus umpan untuk di kailnya juga beli aja, harganya murah cuma Rp. 10.000. Kata abangnya umpan itu ramuan dari sarden sama tepung roti. Hmmm… aku cium-cium bau amisnyeuuu… mungkin untuk ikan-ikan itu serasa Pizza rasa Tuna Melt kali ya? 






Yeaaay! Aku Dapat Ikan!

A
syik dapat dua alat pancingan! Satu untuk aku, satu untuk Bapak. Mama sih nanti pinjam saja punya aku atau Bapak. Mama sih lebih senang motret-motret aku sama Bapak, sambil duduk-duduk di rakit menikmati pemandangan, atau bolak-balik dari rakit ke luar arena pemancingan. 

Eh, coba tebak siapa… yang duluan dapat ikan? AKUUU!!! Yeyeyeyeyeye! Aku dong dapat duluan yeyeye! Hahaha! 





Awalnya dibantuin sama petugasnya. Tapi lama-lama aku mulai mencoba sendiri. Cara memegang alat pancingnya itu… gimana, ya… aku agak susah menjelaskannya. Seingatku, ada kokang yang harus dipindahkan letaknya, kebawahin dulu. Udah gitu tali pancingannya diayun kiri-kanan. Trus syu…uut lempar talinya ke arah danau. Lalu, kokangnya balikkin lagi, di keatasin lagi supaya terkunci.


Begitu terlihat pelampungnya gerak-gerak, mungkin udah ada ikannya tuh… tariiik sekali saja dan segera putar deh mesin pemutar yang dekat kokangnya, ke arah depan. Huffft, yang baca pasti pusing deh hahaha! Pokoknya gitu deeeh hihihi…


Kalau memasang umpannya sih gampang... diambil secuil terus dibentuk-bentuk kayak kapsul deh di kailnya. Agak bau sih, tapi seru hehehe! 

Cara melepas ikan dari kailnya?  

Benang yang dekat bibir ikan itu dipotong aja… KREK, pakai tang. Harus hati-hati, lho… kalau kail kawatnya menancap di jari… aduh bisa terluka. Bapak aja kena ujung kail tuh. Nojosss.





EH kita lihat yuk hasil perolehan ikan. Kira-kira berapa yaaa yang didapat Rhandy, Bapak dan Mamaaa? 

Waaaah, lumayan juga ya! 

Eh, tapi lagi asyik-asyiknya mancing… tiba-tiba ada segerombolan ibu, anak, dan bapak yang ikut naik di rakitku. Eh, sepertinya mereka itu diam-diam merebut tempat mancing aku. Hmmm, di mana-mana ada saja orang yang seperti itu, ya? Malesiiin… masa mancingnya jadi berdesak-desakan kayak di busway aja hihihi!




Ya, udah deh udahan aja, lagi pula hari sudah mulai siang dan ikannya sudah cukup banyak… ada 7 ekor! Setelah ditimbang ternyata beratnya 1,86 kilogram. Harganya jadi sekitar… 50 ribuan. Habis itu, Mama minta ke petugas di situ untuk bersihin ikannya. Supaya sampai rumah tinggal dicuci ulang, dikasih bumbu dan tinggal digoweng gawing deh! Kriuk… nyam, nyam, nyam!

Eh, aku jadi juga loh… melihat kura-kura raksasa! Memang bentuknya seperti kura-kura Galapagos. Tapi sayang, kura-kuranya sedang ada di dalam kandang. Jadi fotonya kurang jelas. Ummm, aku lihat dia lagi dikasih makan kacang panjang oleh anak-anak kecil. Di atas kandangnya, ada juga ubi. Ternyata kura-kura suka ubi juga, ya?


Setelah itu, aku juga melihat Ikan Arapaima dan Ular Phyton. Eh saat di sini aku ketemu temanku Rafi dan Bunga, tetanggaku.




Hoaahmmm, jadi ngantuk campur laper ah. Udah dulu ya ceritaku… kan ceritanya aku mau makan bakso dulu, terus makan ikan deeeh!!!(Mama)



Selasa, 03 September 2013

Tebak-tebak Buah Manggis

Wah, sudah lama juga nih aku tidak mengisi blogku ini. Sambil iseng-iseng, bolehkan aku tulis yang ringan-ringan saja, hehe.
Judulnya tebak-tebak buah manggis saja. Sebenarnya tidak ada hubungannya dengan buah manggis sih, ini cuma judul saja kok, xixixi....

Nah, di foto-foto ini ceritanya aku sedang makan sesuatu. Sesuatu yang menjadi makanan kesukaanku. Coba tebak, apakah itu???

Ceritanya suatu waktu aku diajak Papa jalan-jalan ke mal. Acaranya dadakan, karena waktu  itu cuma mau jemput Mama saja. Nah, sambil menunggu Mama pulang kantor itu, aku cari mainan kesukaanku di mal.

Setelah berputar-putar dan membeli mainan, tiba-tiba perutku terasa lapar. Waduh, aku langsung bilang ke Papa saja kalau perutku keroncongan. Dan, aku ini kalau sudah lapar, saat itu juga perutku harus segera diisi. Kalau tidak, yah....aku bisa lemas, seperti pelari yang mau pingsan hehehe. Di perutku sepertinya juga ada "para pendemo", jadi mereka bisa "RUSUH" kalau tidak segera diisi.... :))))

Buru-buru Papa mengajak aku ke tempat makan. Papa tanya, aku mau makan apa? Aku langsung bilang saja kalau aku sukanya makan....... (ayooo tebakkk, hehehe..) 



 Lalu, sampailah aku di sana. Hmm... tidak sabar aku menunggu pesanan makananku. Begitu tiba, aku langsung menyantapnya. 

Naaah, inilah makanan kesukaanku. Apakah itu? tidak lain adalah AYAM GORENG, HAHAHA..... Ya, aku memang suka banget makan ayam goreng. Ayam goreng kriuk.....


Tapiiii......kata Papa aku tidak boleh sering-sering makan ayam goreng ini. Karenaaa...ya kurang baik saja. Kandungan kalorinya tinggi. Selain itu ayamnya juga kan ayam broiler. Kalau mau makan ayam goreng, sebaiknya dipilih ayam kampung saja dan dimasaknya di rumah.

Di Mal banyak restoran cepat saji yang menyediakan ayam goreng. Yang aku suka adalah KFC, atau kalau tidak ada, ya AW saja.  Nah, itulah cerita ringankuuuuuuuu......  hehehe

Sampai jumpa yaaa.... :)
  

Jumat, 02 Agustus 2013

Rhandy Latihan Manasik Haji



Rhandy Latihan Manasik Haji
Suatu hari, tepatnya Minggu pagi (22 November 2009), lepas Adzan Shubuh… Rhandy pergi ke sekolah di antar Mama dan Bapak. Wah, kok pagi sekali? Wadaapa ini, wadaapa ini... hehehe! Yeuyeuyeu... kan mau ada kegiatan Manasik Haji. Rhandy datang paling awal, lho! Tapi enggak lama kemudian murid-murid TK B yang lain juga berdatangan diantar orangtuanya. Rata-rata, mereka masih memakai pakaian bebas dan berjaket. Sama, ya... kayak Rhandy, hehehe! Suhu udara di sekolah memang cukup dingin dan syahdu… bwwwrrr! Tapi Rhandy dan teman-teman semangat sekali untuk mengikuti serangkaian acara Latihan Manasik Haji ini. Yuk, kita lihat yuk seperti gimana kegiatannya.



    Pukul 05.00 WIB: “Ayo anak laki-laki, sini semuanya dekat Bunda. Bunda pakaikan pakaian ihramnya,” ajak Bunda Mumun. (Pssst, baju ihram itu adalah pakaian suci berwarna putih-putih dan tidak dijahit, yang biasa digunakan pada waktu melakukan ibadah haji dan umrah di Mekkah.) Pakaian ihram yang dipegang Bunda Mumun itu terdiri dari 2 helai kain putih. Kain yang pertama itu diselendangkan di bahu kiri anak-anak, sebagai atasan. Disusul kain bawahan yang disarungkan, yang diberi tali pengikat di bagian pinggang, agar tidak lepas ketika latihan Manasik Haji nanti.

Pukul 06.00 WIB: Rhandy dan teman-teman yang laki-laki sudah siap dengan pakaian ihramnya. Sementara itu teman-teman perempuan juga sudah menggunakan pakaian jilbab putih. Semua dilengkapi dengan skarf biru dan tas berisi air mineral, snack, dan 9 bulatan dari koran, untuk melontar jumrah. Lalu Bunda Mumun memberikan penjelasan tentang tata tertib bermanasik haji. Begini katanya, “Anak-anak, selama kegiatan ini kalian tidak boleh sendiri-sendiri, ya. Ingat, harus berpegangan tangan, tidak boleh lepas. Selalu dekat dengan Bunda-Bunda. Sebentar lagi, kita akan segera naik ‘pesawat’ bus, lho!” jelas Bunda lagi. Hahaha, Bunda bercanda ya :D. O,ya... sebelum berangkat, semua membaca doa terlebih dahulu… agar selamat dan lancar sampai di tujuan. Bismillah....   


         Pukul 07.15 WIB: Perjalanan dari sekolah menuju Masjid Istiqlal Jakarta enggak lama kok. Hanya 1 jam. Selama perjalanan, Rhandy dan teman-teman dibantu Bunda-Bunda untuk melafalkan doa Labbaik Allâhumma labbaik, labbaik lâ syarîka laka labbaik, inna al-hamda, wa ni'mata laka wa al-mulk, lâ syarîka laka.” Begitu pula saat mereka berduyun-duyun memasuki pelataran Masjid yang terbesar di Asia Tenggara ini. Wow, di dalam gerbang sana ternyata sudah ada beberapa peserta Latihan Manasik Haji lainnya. Banyaknyeu....!
 
      Pukul 08.00 WIB: Sesampainya di tempat latihan... waaah, serasa berada di Mekkah betulan, lho... karena matahari bersinar begitu cerah. Saking cerahnya jadi terik banget hehehe! Lihat, anak-anak sedang di bawah tenda nih... ceritanya, mereka sedang Wukuf (berdiam di Padang Arafah). Hihihi, kalau dilihat satu persatu, wajah anak-anak itu lucu-lucu. Ada yang merengut, ada yang nyengir hehehe kepanasan mungkin, ya. Ada juga yang nangis, mungkin cari-cari mamanya ke mana yaaa. Lihat, wajah Rhandy... hihihi...


   Pukul 08.40: Setelah Wukuf, seluruh peserta manasik haji dipandu oleh imam untuk melaksanakan Shalat Iedul Adha. Dilanjutkan dengan melempar jumrah, dan ritual Sa'i (di dalam ritual sebenarnya, Sa’i adalah berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah). Setelah memutari Ka’bah (thawaf) dan menyentuh Ka’bah, anak-anak mengantri untuk meminum air zam-zam. Lihat, Rhandy dan teman-teman tertib ya… menunggu giliran, hehehe!


Pukul 09.30: Nah… selesai mengikuti rangkaian kegiatan ini, Rhandy dan teman-teman duduk-duduk di teras sambil beristirahat, minum dan menikmati snack.  Sebelum pulang, Bunda mengajak anak-anak melihat-lihat bagian dalam masjid dan berfoto bersama. Ah… sungguh pengalaman yang tak kan terlupakan, ya!(Mama)










Saatnya foto bersama...
 
Wah, Rhandy paling tinggi ya di antara teman-temannya hehehe!

Senin sampai Jumat


Seragam Sekolah Rhandy

Waktu Rhandy baru pindah sekolah TK B, wah kelihatannya semangat deh. Apalagi seragamnya hampir tiap hari beda-beda. Coba aja baca sajak berima Mama ini…



Senangnya aku bersekolah di sini.
Setiap hari seragamku ganti-ganti.
Senin sampai Jumat jadi kunanti.
Mau tahu seragam-seragamku ini?


Hari Senin kupakai seragam polisi.
Bangganya aku melangkahkan kaki.
Lencana di lengan kanan dan juga kiri.
Gagahnya aku, pakai topi polisi.



Selasa, seragamku berwarna cerah.
Kotak-kotak putih dan merah.
Terlihat rapi dengan dasi di kerah.
Kata Mama, “Seperti Papa aja, ah!”



Hari Rabu, asyiknya berolahraga.
Kaus putih, celana merah, ada strip putihnya.
Bertopi cerah, sepatu warna apa ya?
Hahaha! Aku siap… satu, dua, tiga!







Kamis aku boleh berpakaian bebas.
T-Shirt abu orens ah sungguh pas!
O, iya… jaket jeans jangan lepas.
Mama sesuaikan dengan warna tas.





Hari Jumat saatnya pakai baju putih-putih.
Mengapa baju koko putih yang kupilih?
Kata Mama aku tampak rapi dan bersih
Dan juga… ehm, tampan sekali! Aih-aih…

(Mama)

Jumat, 19 Juli 2013

Pertanyaan Rhandy...


 
… tentang Rambutnya



Rhandy itu sejak kecil sudah banyak bertanya. Ada-ada saja pertanyaannya. Kalau ia sedang bertanya itu, wajahnya seriuuuus banget! Tapi, Mama itu sering tertawa dalam hati dan luar hati hahaha! Habis lucu sih. Kurang lebih kayak cerita berima di bawah ini nih… 


 
Rhandy adalah anak yang sering bertanya.
Tidak hanya sering. Tapi seri…iiing sekali!
Pertanyaannya, membuat seisi rumah ternganga.
Pertanyaannya, membuat seisi rumah tertawa geli.


 
“Mama, mengapa rambutku tidak berlubang?”
“Bagaimana  kalau rambutku seperti selang?”
“Mama, mengapa rambutku berbentuk lingkaran?”
“Bagaimana kalau rambutku jajaran genjang?”





Hihihi… pertanyaannya lucu sekali, bukan?
Pssst, kalau Rhandy bertanya, jangan ditertawakan.
Ia kan tidak sedang melucu. Ia hanya ingin banyak tahu.

Baiklah, pertanyaan Rhandy akan Mama jawab dulu…



 “Rambut Rhandy tak berlubang, 
karena bukan selang.
Andai rambutmu selang, 
kepalamu takkan kuat menahan beban.

Rambut Rhandy lingkaran, karena rambutmu memang keriting.
Kalau rambutmu jajaran genjang, pasti rambutmu jadi miring.”





Rhandy tersenyum riang mendengar jawaban Mama.
“Hahaha, iya andai rambutku seperti selang, berat juga ya!
Apalagi kalau selangnya keriting dan banyak airnya!”
Rhandy membayangkan itu, lalu memeluk Mama dengan manja.


Tiba-tiba, Rhandy turun dari pangkuan Mama, hap! 

Tapi ia mendekat lagi, lalu bertanya lagi pada Mama,

“Ma, bagaimana ya kalau gajah bersayap?”

Wah, wah, wah… kira-kira apa jawaban Mama?

  


Rhandy menunggu jawaban Mama, 
dengan wajah lucu.

Mata kecilnya menyipit, pipi gembulnya semakin maju.

Hahaha, Mama malah bertanya lagi pada Rhandy yang lucu.

“Bagaimana kalau gajah itu hinggap di rumah kita, yeuuu?”




 
3…     2…      1…

G E D U M B R E E E N G!

 “Hahaha!” Rhandy dan Mama tertawa bersama.
(Mama)

Kamis, 18 Juli 2013

Jalan-Jalan di Kota Garut


Saat Rhandy 
ke Candi Cangkuang…

Pernah mendengar nama Candi Cangkuang? Itu, lho… candi yang ada Garut. Tepatnya sih di Kampung Pulo, Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Nah… Desa Cangkuang ini dikelilingi oleh empat gunung besar di Jawa Barat. Antara lain Gunung Haruman, Gunung Kaledong, Gunung Mandalawangi dan Gunung Guntur. Rhandy pernah ke sana tuh sama Mama dan Bapak. Mau tahu enggak ceritanya? Mau aja deh, ya…? Lumayan seru lah!
Jadi ceritanya gini… suatu hari (24 Maret 2012), singkat cerita Rhandy, Mama dan Bapak udah ‘jleg’ aja di depan plang merah yang bertuliskan “Selamat Datang di Cagar Budaya Candi Cangkuang”. Habis gitu… ya beli tiket masuk dong. Untuk dewasa Rp 3.000, anak-anak Rp 2.000. Murah banget, ya? Kalau bule sih… Rp 5.000.


Serunya, Rhandy Naik Getek…

Begitu masuk, eh… ternyata enggak langsung ada candinya. Tapi untuk mencapai Candi Cangkuang itu harus naik Getek dulu. Dan untuk naik Getek, bayar lagi Rp 10.000 dulu per orang. Baiklah…

Bentar, bentar… tahu enggak apa itu Getek? Bukan, bukan ‘geli’ apalagi ‘gatal-gatal’… itu mah jamur atuh. DAH, JAMUR!!! Getek itu… semacam rakit yang terbuat dari bambu dan ada atapnya, dan dikendalikan dengan sebilah bambu yang panja…aaang sekali. Kalau sekilas sih mirip saung yang bisa berjalan eh… berlayar! 


Hmmmfhhh… baru duduk di bangku bambu geteknya saja, waaah… sudah terlihat pemandangan danaunya terhampar luas. Karena saking asyiknya melihat-lihat alam sekitar, menyeberangi danau pun  jadi enggak kerasa… tahu-tahu udah sampai lagi. Cepat banget! Lebih cepat dari bayangan Lucky Luke!



Hohoho… Rhandy senang banget naik Getek! Seru, katanya. Meski pertamanya agak-agak gimana. Mama juga, agak-agak gimanaaa gitu. Gimana-gimana terus.  Bukan takut naik Geteknya, tapi karena di dasar geteknya itu kan rada-rada terbenam air. Kaki harus rada diangkat dikit. Soalnya pas dilihat… ughhh ada banyak binatang air yang kecil-kecil tapi suka merayap! Mirip-mirip kalajengking… tapi bukan sih. Mungkin… kalajengkol, hihihi.

(Sssh... tapi kalau pas pulangnya sih udah terbiasa, Rhandy malah bergaya di atas Getek, liat aja tuh fotonya. Hehehe, gaya n ganteng juga ya anak Mama & Bapak ini. Towewewew!)


Ke Pemukiman 
Adat Kampung Pulo Dulu, Ya...

Tak lama kemudian… setelah tiba di tepi daratan. Tebak ada apa? Ya, 100! Ada pemukiman adat Kampung Pulo (yaheyalah liat judul…). Jadi, sebelum mencapai Candi Cangkuang… Rhandy, Mama, dan Bapak harus melewati Kampung Pulo dulu.

Perkampungan ini ternyata sebuah kampung kecil. Super kecil. Iya, super kecil… karena satu kampung itu cuma 6 buah rumah dan 6 kepala keluarga. Susunan kampungnya itu… 3 rumah di sebelah kiri dan 3 rumah di sebelah kanan, yang saling berhadapan. Terus, ada 1 masjid di sana.

Bapak memotret-motret kampung ini dari berbagai arah. Kadang dari balik semak-semak. Heiiiy, ngapain sampai ke semak-semak segala, ya? Hihihi. Begitu ada seseorang yang bisa ditanya-tanya, Bapak ajak ngobrol n tanya-tanya deh tuh. Lalu… mereka mulai bergosip. Gosip is Garut Oh SIP! Hahaha… bisa aja ya Mama. Bisa, dooong! J

Dan Mama hawar-hawar mendengar gosipan mereka…

Gini… katanya nih, sudah menjadi ketentuan adat, jumlah rumah dan kepala keluarga itu HARUS 6 orang. Lalu, kedua deretan rumah itu tadi enggak boleh ditambah ataupun dikurangi. Nah, lho! Gimana atuh kalau nanti-nanti ada penghuni yang mau menikah atau punya anak? Kan bisa bertambah, kaaan… 

Ini dia penjelasannya: Jika seorang anak sudah dewasa kemudian menikah… paling lambat 2 minggu setelah pernikahan, harus meninggalkan rumah dan keluar dari lingkungan rumah adat Kampung Pulo ini. Naaah… tapi ia bisa kembali ke rumah adat, bila salah satu keluarga ada yang meninggal dunia, dengan syarat harus anak wanita dan ditentukan atas pemilihan keluarga setempat. Gitu…

Coba kita lihat foto nini-nini ini. Namanya Nini Ijah.  Nini Ijah itu penghuni tertua di Kampung Pulo! Wow!

Abis motret Nini Ijah… eeeh, Bapak malah minta difoto di teras rumah Kampung Pulo, hehehe! 

 
Abis itu… Rhandy malah pengen cepat-cepat lihat Candi Cangkuangnya. Rhandy tuh kalau jalan, maunya paling depaan terus. Ninggalin Mama dan Bapak. Rhandyyyy… heiii, tungguuu!!!



H E I I I I I I... 
T U N G G U ... 
R H A N D Y Y Y!


Museum Candi Cangkuang
Candi Cangkuang semakin dekat. Tapi sebelum mencapai candinya, ke museum dulu. Museumnya sih kecil. Tapi pasti sejarahnya besa…aar. Di dalam museum ada koleksi naskah kuno.
Naskah Alquran, lukisan Eyang Embah Dalem Arif Muhammad, foto-foto pemugaran dan benda-benda bersejarah lainnya. 



Sementara Bapak ngobrol-ngobrol sama guide museumnya, Rhandy dan Mama duduk-duduk istirahat di teras museum sambil buka perbekalan. Minum susu, sluuurrrp… sluuurrrp! Makan cemilan, nyam, nyam, nyam! Dan… foto-foto narsis… cheers! Lihat tuh, Rhandy difoto tapi sambil nyobain peluit yang dibeli sebelum naik Getek tadi!

Hehehe! Tadi belum terceritakan ya tentang peluitnya! IYA! Suara peluitnya kalau ditiup tuh bodor, aneh, sekaligus superkreatif pisan! Kayak suara tangisan bayi yang rungsing: houweeek, houweeek! Padahal, bahan-bahan peluitnya paling juga terbuat dari bekas tutup botol sama sendal… bekas! 


Heeeiy, bekas? Iiiih, bekas jalan-jalan ke mana aja yaaa??? (#siapkan karbol, densol, lisol, alkohol, risol sama… jengkol???). 


Pssst, ada Makam Eyang Mbah Dalem Arif Muhammad…
Assalamu’alaikum… iya, di sini ada makam Eyang Mbah Dalem Arif Muhammad. Nih, ada fotonya. Sejarahnya gini… katanya, Eyang dkk beserta masyarakat setempatlah yang membendung daerah ini, sehingga terjadi sebuah danau bernama "Situ Cangkuang" kurang lebih abad XVII. Wow, udah lama banget, ya! 

Embah Dalem Arif Muhammad dkk berasal dari Kerajaan Mataram di Jawa Timur. Mereka datang untuk menyerang tentara VOC di Batavia, sambil menyebarkan Agama Islam di Desa Cangkuang.

Waktu itu, di Kampung Pulo sudah dihuni oleh penduduk yang beragama Hindu. Tapi, lama-lama… Embah Dalem Arif Muhammad mengajak masyarakat setempat untuk memeluk Agama Islam. Alhamdulillah, ya… sesuatu....


Ini Dia Candi Cangkuang!
Aaakhirnyaaah… Rhandy, Mama, dan Bapak sampai juga di Candi Cangkuang!

Hmmm, Candi Cangkuang itu ternyata tidak begitu besar. Tepatnya… kecil, hehehe! Dasarnya itu berbentuk bujur sangkar berukuran 4,5 X 4,5 meter.  Terus, tinggi candi sampai ke puncak atap… 8,5 meter. Bentuknya bersusun-susun gitu deh. Di sepanjang tepian setiap susunan ada hiasan semacam mahkota-mahkota kecil. Lihat… Mama, Rhandy, dan Bapak langsung foto-foto deh bergantian. Lalu melipir-lipir ke sisi kiri candi, dan… jepret, foto lagi. Keren kan foto-fotonya…

Eh… di dalam candinya ada ruangan kecil dan gelap. Tapi dipagari teralis besi yang terkunci. Wuaaah… ada arca Syiwa! 






 
Oh… Ini yang Namanya Pohon Cangkuang. Baru Tahu…
Kita baru tahu, nama ‘Cangkuang’ itu diambil nama tanaman sejenis pandan, lho. Tanaman Cangkuang ada di sekitar museum. 



Yeaaay! Rhandy Beli Souvenir!
Kalau habis wisata-wisata itu, kayaknya ada yang kurang kalau belum beli oleh-oleh khas tempat yang dikunjungi, ya kan? IYA aja dwehhh! Enggak jauh dari lokasi Candi Cangkuang banyak penjual-penjual souvenir. Ada tas, dompet, gantungan kunci, candi cangkuang ukuran mini, topi, patung domba Garut, ada juga getek-getekan hehehe… maksudnya Getek dalam bentuk mini! Mama sih beli topi-topi. Kalau Rhandy? Ya beli Getek mini dongsss!***



Ternyata mau jungkirrr... kok bisa ya hehehe!