Aku dan Mama waktu ke pameran mobil IIMS di Jakarta. |
----ooo00ooo---
Ini True Story. Story-nya sih udah
sekitar berapa tahun yang lalu.
Suatu Hari… Eh… 3 Hari di Januari
2010
Inti dari cerita ini pasti pernah
atau mungkin sering dialami Mama-Mama yang bekerja. Anak tercinta menginginkan
kita selalu berada di sampingnya, sementara You know-lah… “tuntutan zaman”
berkata lain. Dilema. Kalau lagi kerja, pengen di rumah. Kalau di rumah, pengen
kerja juga. Gimana sih, Mama ini? Hahaha!
Dulu waktu ke Restoran Padang. Kalo sekarang Mama makannya HERBALIFE. hehe |
Yah, itulah… mungkin wanita itu
secara fitrahnya, salah satunya ingin menjadi ibu yang full. Tapi, sometimes…
butuh aktualisasi diri, dsb, dst, dkk, dll.. ajr. Hmmm, mungkin juga nih wanita
itu sebaiknya kerjanya jangan seminggu. Cukup 3 hari. Mau selang-seling boleh,
mau dirapel sekalian 3 hari juga silaken. Setidaknya ini menurut saya, hahaha!
Gimana, setujasss?
Di Candi Cangkuang, Garut. |
Kisah ini… kisah nyata. Nyata
banget deh, suwer hahaha! Ini sekelumit obrolan saya dengan Rhandy, anak saya 3
hari ini. Obrolan yang saya kemas ke dalam film trilogi…ber-genre
comedy-romantic… halah! Hahaha!
Pa, Boleh Gak Mama Jadi...
Karikatur Mama, Aku, dan Bapak. |
“Mama,” Rhandy memulai
pembicaraan.
“Hmmm?” sahut Mama sambil
menulis-nulis buat belanjaan, di secarik kertas. Maklum mumpung libur… Bahan
bakar eh makanan kayaknya udah mulai menipis dan melemon.
“Itu, Ma… Mama bisa nggak Mama
telepon bos Mama di kantor, sekarang?” tanyanya.
“Untuk apa… sekarang kan lagi
libur,” Mama menghentikan kegiatan menulisnya.
“Mama bilang sama bos Mama, mulai
besok… Mama nggak akan kerja di kantor Mama lagi,” katanya lagi.
“Terus…?” Mama penasaran.
“Terus Mama bilang aja, kalau Mama
itu… mulai besok kerjanya jadi model aja,” kata Rhandy yakin.
Beginilah gayaku kalau malas difoto, ehehe. |
“Huahahahhh… heuppp! Ehem!” Mama
tertawa, tapi sejurus kemudian cepat-cepat ditahan. (Dalam hati Mama berkata,
“Dari mana Rhandy punya ide itu dan memilihkan profesi ‘model’ untuk Mama?
Padahal, saat ini…Mama sungguh-sungguh sangat kurang ‘fit’ untuk pemotretan,
wahahahaha!).
Mama berbalik 78000 fahrenheit dan
berubah-sikap ikut-ikutan seseurieus Rhandy. Khawatir menyinggung usahanya.
Lalu setengah berbisik,
“Ehem, tapi… apa boleh ya sama
Bapak?” tanya Mama, seolah-olah menimbang-nimbang tawaran anak TK B-nya itu.
“Kayaknya boleh…,” jawab Rhandy
ragu, tapi penuh harap.
“Tanya dulu aja. Di rumah kan, Bapak
pemimpin kita. Jadi dia harus tahu, kalau Mama mau berubah pekerjaan,” usul Mama.
Seandainya Mama kerja di rumah. |
“Tapi… gimana kalau tidak boleh. Aku
tuh maunya, jawabannya harus boleh. Aku maunya Mama di rumah terus,” kilah
Rhandy, skeptis. Diiih, skeptis euy… meragukeunnn.
“Iya, coba aja dulu tanya Bapak…
boleh nggak… ayo… coba,” kata Mama.
Dengan langkah agak segan, sambil
menyeret mainan hiu macannya… Rhandy beringsut juga dari kasur. Sesekali,
sambil berjalan menuju Bapaknya, ia menengok Mama. Seolah-olah body
language-nya memberi isyarat “Gimana nih Ma ngadepinnya?” Tapi Mama memberi
isyarat juga dengan kepakkan tangannya… lho eh… mengibas-ngibaskan tangannya…
seolah-olah memberi dukungan penuh dalam body language pula: “Tidak apa, Nak.
Majulah. Maju tak gentar, membela yang benar. Ingatlah prinsip sepakbola:
Jangan menyerah walaupun kelihatannya tak ada harapan…” (ini sebenernya prinsip
temen kerjanya Mama nih. Kalau di kantor, duduknya ada di sebelah kanan Mama
tuh, hahaha… Tante Sehr, namanya).
Rhandy mulai PeDeKaTe sama Bapaknya
yang lagi ngemil-ngemil nasi. Halah.
“Pak, Bapak. Ummm… boleh nggak Mama
kerjanya di rumah aja?” tanya Rhandy nggak langsung.
“Kerja apa di rumah?” tanya Papa
masih asyik berkomat-kamit (lho… emangnya Rhandy ngobrol sama siapa sih, kok
berkomat-kamit baca mantra? Ssssehhhh!)
“Ya… jadi model. Boleh, nggak?”
tanya Rhandy langsung.
Waktu aku bermain dengan Bapak. |
“Hihihihihi!” jangan salah, don’t
try this at home…. Itu yang tertiwi membihini bukan bapaknya, melainkan suara
tawa mamanya di balik bantal (kalau bapaknya harusnya membahana kayak
gini:“Huahahaha!”) Mama tertiwi karena eh karena sudah tak kuasa lagi menahan
gelak tawa yang tertahan dalam perut yang terkuch-kuch hotahae… hahaha!
CECAPI…
Oke… sebagai Bapak kan harus tampak
Cool Maaan… yow, yow xakedap, xakedap! Meski pertanyaan itu mungkin agak
menggelitik hatinya. Bapak menghentikan ganyem-ganyemnya sejenak… (lho… tadi
komat-kamit, kok sekarang ganyem-ganyem… ganyem malaysia! Becanda... :) ).
Lalu, berdehem
“Ehm, boleh… tapi Mamanya harus
senam dulu,” kata Bapak santai.
“Horeee, boleeeeh! Boleh, Ma!”
Rhandy senang.(Minggu,10 Jan 2010)
Udah Telepon, Belum?
Keesokan harinya… sepulang
Mama dari kantor.
“Mama, gimana… udah ditelpon
belum bosnya?” tanya Rhandy menindaklanjuti pembicaraan kemarin.
“Belum. Tapi kan enggak perlu
ditelepon. Di kantor juga ada…,” kata Mama sambil ngaduk-ngaduk semen… eh… susu
cokelat hangat.
“Kalau gitu, Mama udah bilang belum
ke bos Mama kalau Mama mau jadi model?” tanyanya lagi, Rhandy bertopang dagu,
sambil memperhatikan minuman Mama. Ngiler juga kayaknya.
“Belum. Tadi Mama belum bilang,”
jawab Mama tenang.
“Kenapa, enggak bilang?” Rhandy
terlihat menyayangkan jawaban Mama.
M: “Karena… tadi bos Mama itu… sibuk
sekali,”
R: “Kalau besok… gimana?”
M: “Mama belum tahu. Tapi gimana,
kalau Rhandy yang bilang itu ke bos
Mama, kalau pas Rhandy lagi ke
kantor Mama?”
R: “H-hhh. Kenapa sih Mama
ngantornya nggak bisa di rumah?
M: “ Iya, nanti kapan-kapan Mama
kantornya di rumah, ya….”
R: “Kenapa sih jawabannya selalu
kapan-kapan,”
M: “Karena… apa, ya… karena Mama
belum tahu jawabannya. Kalau Mama bilang besok, ternyata Mama masih ngantor…
nanti Rhandy pikir Mama bohong. Lagian, Mama kan belum senam, belum bisa jadi
model kan… Iya kan? Hehehe…,”
R: “Gak apa-apa kan, nanti aku yang
foto-foto-in Mama. Hehehe…”
M: “Hehehe, iya…”
Lalu,
R: “Ya udah deh. Mama… di korannya Bapak
ada film lucu. Alvin and The
Chipmunks 2,”
M: “Oya? Sekarang mereka ada
pacar-pacarnya, ya? Hahaha!”
R: “Hahaha, iya. Aku pernah lihat di
tivi iklannya,”(Rhandy tersipu malu)
M: “Iya, aku juga pernah lihat di
internet. Pacarnya cantik-cantik kan. Nanti kita
nonton, ya.”
Rhandy semangat. Lalu ia mengambil
dan memperlihatkan halaman koran yang berisi movie semua itu pada Mama.
R: “Ini nih Ma,”
M: “Coba lihat. O iya ya. Lucu.”
R: “Kapan kita nonton, Ma?”
M: “Kapan-kapan…,” (upsss…gubraksss)
*Semoga kamu sabar, ya Sayang…
hehehe… Minggu depan, ya.* (Senin,11 jan 2010)
Ayo Senam, Mama…
Dua esokan harinya… di
rintiknya pagi nan syahdu….
Pagi itu, benar-benar masih
pagi-pagi malam. Rhandy terbangun sejenak. Mama juga. Tapi Bapak… Grrrrrr,
roarrrr… roarrrrr biasa! Hehehe!
“Mama, ini sepertinya sudah pagi,”
sambil merem melek dan melek merem. Kepala Rhandy masih di bantal, tangan dan
kaki masih memeluk guling.
“He-eh,” jawab Mama sambil tetep
merem, dan melek dikit. Posisi tidur tidak berubah.
“Ayo senam Mama… Katanya mau senam,”
Rhandy mengingatkan sambil merem. Tanpa melek.
“Tapi ini masih gelap banget….”
jawab Mama, sambil mengepas-ngepaskan posisi kepala dengan bantal.
“Tapi Mama harus senam… biar cepet
jadi model. Ayo lari pagi, Mama,” Rhandy bersikeras. (Duh, duh tega amat sih
Nak… masa gelab-gulita gini Mama disuruh lari-lari sendirian di luar rumah?
Togenya, togenya, togenya… Hahaha!)
“Tapi di luar lagi hujan,” Mama
mendapat alasan yang kuat.
“Pakai payung aja sambil lari,” kata
Rhandy… lalu tertidur, “Bzzzzzzz….”
“Hwahahaha… bzzzzzz,” Mama juga
ketiduran lagi. (Selasa, 12 Jan 2010)
Aku lagi santai di rumah. |
Begitulah ceritanya…
***Thank’s, Son… di cerita yang
mudah-mudahan ringan dan lucu ini… sebetulnya dalam hati Mama, Mama sungguh
sangat tersanjung. Bukan karena ‘profesi baru’ yang kau pilihkan untuk Mama.
Tapi karena kau ingin Mama selalu berada di dekatmu. I Love You So Much...*** --MAMA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar