Kamis, 03 Juli 2014

Mengisi Liburan di Kota Gudeg



Rabu, 25 Juni 2014
Dari Stasiun Senen ke Stasiun Jogja

Pagi-pagi malam (mungkin jam 4 pagi lebih…) aku sudah dibangunkan Mama dan Papa. Tidak, ini bukan untuk sahur hehehe… tapi aku mau berangkat ke Jogja, yeyeye! Aku mandi secepat kilat. Dan… dalam hitungan menit aku selesai. Taksi yang sudah dipesan sejak kemarin sudah menunggu dan siap mengantarkan aku, Mama, dan Papa ke Stasiun Kereta Api di Senen!

Aku senyum-senyum sendiri hehehe... kata Mama atau Papa aku suka dibilang keom-keom, apaan tuh keom? Mungkin sejenis senyuman yang mengandung arti. Artinya apa? Hanya aku yang tahu hihihi. Yah... ini seperti pertama kalinya lagi untukku. Karena terakhir kali naik kereta, aku masih kecil dan yucu. Waktu itu umurku baru 3 tahunan (kalo Mama sih ingat tanggal 21 Maret 2007). Aku sih lupa-lupa ingat.

Di stasiun, aku lihat sudah banyak orang. Aku berkali-kali melihat jam di dinding. Jam 7 rasanya masih lama. Padahal aku sudah tak sabar ingin naik kereta. Sampai akhirnya Papa ngasih tahu aku dan Mama untuk segera siap-siap menuju kereta. Katanya keretanya sebentar lagi mau datang. Wah, asyiiik! 

Dan saat keretanya datang, aku difoto-foto sama Mama. Ammmm... aku sebenarnya agak males difoto-foto, soalnya kesannya narsis banget gitu hehehe! Tapi ya udahlah aku difoto aja deh. Tut, tuuut… wah keretanya datang. Aku langsung naik cari kursiku 6A, 6B dan 6C.   

Aku duduk dengan Mama. Tapi… Papa berseberangan, ia duduk dengan penumpang lainnya. Wah, padahal aku maunya depan-depanan. Tapi karena tiketnya sudah habis, jadi ya sudah gapapa, yang penting sampai ke Jogja.

Selama di perjalanan rasanya sih antara seru dan malesin hihihi. Serunya itu, pastinya aku senang laaah... naik kereta api, bisa merasakan lagi seperti apa sih naik kereta api. Terus kan aku bisa melihat pemandangan, makan perbekalan di kereta api dan hei… kadang-kadang kereta api itu suka masuk-keluar  terowongan. Itu seperti tiba-tiba malam bagiku. Seru. Tapiii… yang bikin malesin itu adalah penumpang depanku itu tak bisa diam. Mereka sepertinya ayah dan anak perempuannya. Anaknya sih lebih banyak diam dan main tablet kayak aku. Tapi ayahnya itu tidak bisa diam dan yah… malesin deh pokoknya huehehe. Pegel kali.
Wah, sawah menghijauwww....

Eh, iya ngomong-ngomong pegel… sepertinya Papa juga pegel tuh. Dari mulai berangkat sampai tiba di Jogja gual-geol terus. Hihihi, aku dan Mama jadi ketawa-ketawa kecil. Papa itu berdiri, duduk, berdiri, duduk. Kadang-kadang jalan-jalan di lorong kereta atau bolbal ke toilet. Katanya pegal punggungnya. Sambil berdiri ikut nimbrung cemal-cemil juga deh Papa hehehe...

Fyuh, untungnya waktu segera berlalu. 8 jam hampir kami lalui. Penumpang di kereta sudah banyak yang turun di halte-halte sebelumnya. Itu kesempatan bagus! Papa pindah ke kursi yang kosong, di belakang aku dan Mama. Mama dan aku juga ikut-ikutan Papa deh. Lumayaaan... walaupun cuma sebentar, tapi sempat duduk ngumpul hahaha… dan gak malesin lagi hehehe...

Lalu? Yeyeyeee… aku sudah tiba di Jogjaaa!  Sesampainya di stasiun Jogja,  kami agak kebingungan mau naik taksi apa. Dan karena sudah pegel, kami naik taksi mobil pribadi. Yah, agak mahal sih, 60.000 rupiah. Padahal jarak dari stasiun ke hotel cukup dekat. Sebenarnya bisa tuh sekitar 20.000 atau 25.000 rupiah. Tapi ya sudahlah… biar cepat sampai ke hotel. Liat nih, aku dan Mama foto narsis di dalam taksi... cheersss!


Peace yow yow peace! Semangat menjelajah Jogja!


Yeyeye… Aku Sudah Sampai di Hotel!

Yesss, kami sampai di Hotel Puri Pangeran. Hotel ini terletak di kawasan Pakualaman. Saat aku memasuki hotel ini, ummm... cukup bersih dan terawat. Ada tamannya. Bangunannya itu campuran deh. Kalau kata Mama sih, gaya bangunannya perpaduan dari Jogja, Bali dan modern minimalis. Papa juga bilang, pendopo tempat makan seperti Joglo… tapi beberapa kamar di pojokan itu bergaya Bali, ada patung-patung dan temboknya menggunakan bata orens. Yeuyeuyeu.

Mau check in dulu nih Papa...


Setelah check in dan lain-lain, aku masuk deh ke kamar. Hmmm, akhirnya aku bisa rehat deh. Aku langsung nyebur ke kasur hehehe… emangnya berenang, ya? Setelah santai-santai sebentar aku cuci tangan dan kaki. Lalu aku melanjutkan makan bekal yang dibawa dari Jakarta tadi. Nasi, rendang dan tahu. Hmmm, nyam… nyam... nyaaam!

Lapar lagi, lanjut makan rendang aaah, hmmm...


Jalan-Jalan Malam di Malioboro


Papa lagi googling map...
 Setelah cukup istirahat, selepas Maghrib kami keluar hotel. Hmmm, ke mana dulu ya…? Akhirnya kata Papa coba aja jalan kaki menuju Malioboro. Sepertinya sih dekat. Tapi setelah dijalani ternyata kalau jalan kaki ya jauh juga. Kakiku sampai pegal dan perutku sudah mulai lapar. Nah, karena kaki dan perutku sudah tak sabar lagi hihihi… akhirnya aku pilih ke Mal Malioboro aja. Aku jadinya makan Pizza Hut. Mama dan Papa ketawain aku deh. Katanya, "Yaaah, gak di Jakarta, gak di Bali… eh di Jogja juga sama saja… makannya malah beli pizza." Ah biar aja ah, perutku kan dalam keadaan darurat hihihi! 

Tapi kalau buat Papa sih, kalau belum ketemu nasi, katanya serasa belum makan. Pizza itu hanya makanan pengganjal sementara aja. Jadi saat keluar dari mal, setelah kami mencari souvenir dan kaos khas Jogja… Papa segera membeli gudeg. Karena Papa ingin makan makanan khas kota Jogja dong... kan ini udah di Jogjaaa…!   

Ya, setelah itu kami pulang lagi ke hotel naik taksi (hihihi, tadi jalan kaki sekarang naik taksi, kayak balas dendam aja, ya?). Setibanya di hotel, kami ke resepsionis dulu, minta dipesankan tiket tour ke Candi Borobudur dll, untuk besok. Setelah itu sih ke kamar hotel lagi, mandi lagi dan rehat sambil nonton TV. Tak lama dari itu, Papa membuka bungkusan gudegnya. Dan… hmmm, dari aromanya sepertinya enak. Aku jadi pengen juga nyobain ayam dah tahu yang ada di gudeg itu. Ternyata, rasanya enak dan manis, ya! Aku suka. Hehehe, aku jadi makan lagi deh sama Papa berdua. Oya, aku tambahin juga dengan rendang aaah….



Kamis, 26 Juni 2014
Persiapan ke Borobudur

Pagi-pagi malam, aku sudah siap. Mama dan Papa juga sudah siap. Bapak supir elf lebih siap lagi, hahaha! Siap ke mana? Yaaa, siap tour ke Borobudur dong hehehe!

Di mobil, aku, Mama dan Papa duduk di belakang Pak Supir (...yang sedang bekerja... mengendali kuda supaya baik jalannya, hei... duk dik dak dik duk dik dak dik du...uuk! Kok jadi nyanyi ya aku? :P) 

Mobilnya lumayan nyaman, bersih. O, ya Pak Supir bilang… katanya mau mampir dulu ke 2 tempat. Untuk mengambil penumpang lainnya. Setelah tiba, ternyata mereka bule semuanya lho… cuma aku yang bukan bule hehehe. Tapi meski bukan bule, kalau di sekolah sih aku suka dipanggil teman-teman “Hei, buleee!” Apa seeehhh....

Perjalanan menuju Borobudur berjalan lancar. Aku dan Mama asyik melihat-lihat pemandangan di sepanjang perjalanan. Sesekali Mama mengeluarkan makanan ringan buat dicemil. Aku sih ngemil pizza semalam. Tinggal 1 lagi sih, tapi lumayan lah buat sarapan. Bule-bule itu kayaknya pada tidur di belakang. Kalau Papa sih asyik ngobrol dengan Pak Supirnya.


Hei, Aku Melihat Candi Borobudur!

Sampai di kawasan Borobudur, Papa membeli tiket masuk. Tahu nggak, aku harus melalui “gerbang” yang pake di-scan kayak di halte busway Transjakartaitu, lho! Yang ada penghalang besinya itu. Dan setiap langkah-langkah cara masuk gerbangnya itu sampai diumumkan pake pengeras suara segala dengan jelaaas sekali. Misalnya begini: “Silakan berikan tiket Anda kepada penjaganya. Lalu dorong besi penghalangnya ke depan. Silakan masuk. Blablabla…” Terus, sebelum masuk lebih dalam, Mama dan Papa harus pakai sarung “kain pantai” yang mereka sediakan. Mungkin sebagai bentuk kesopanan dan penghormatan pada kebudayaan, ya? Sebab candi ini kan tempat bersembahyangnya umat Hindu.



Siap menikmati keindahan & kemegahan Borobudur :)

Daaan…. heiiii aku sudah ada di depan Borobuduuur yang megaah! Hehehe… akhirnya aku bisa melihat langsung nih bangunan Borobudur. Selama ini aku hanya melihatnya di tv atau di buku ensiklopedia.

Aku tak sabar menaiki tangga demi tangga. Lumayan juga ya membuat aku berkeringat seperti olahraga. Mama juga duduk-duduk dulu di samping tangga, untuk istirahat dan foto-foto. Ah, Mama mah narsis hehehe… kalau gak minta difoto, malah foto-fotoin dan syuting-syutingin aku terus deh :p.


Sambil menuju puncak... istirahat & foto-foto dulu di tangga.

Borobudur itu bagus sekali ya. Aku lihat stupanya banyak, ada yang ukuran sedang dan besar di puncaknya. Di sisi-sisi temboknya ada gambar batu. Kata Mama itu relief. Reliefnya itu bercerita tentang sesuatu. Hmmm, nanti aku cari tahu ah di google cerita apa saja itu. O, ya… aku juga mencoba menyentuh tumit patung yang ada di dalam stupa. Ternyata agak sulit. Karena kan tidak boleh memanjat. Kalau memanjat, mungkin bisa kena tumitnya. Tapi itu kan namanya curang dong…

Hei, Papa itu kakinya enggak boleh manjat... curang hehehe!

Setelah puas di berputar-putar, naik turun, foto-foto di sekitar candi… aku minta segera turun. Kata Papa aku ini nggak sabaran. Padahal aku merasa aku sudah melihat semuanya, aku rasa sudah cukup hehehe! Tapi Bapa’ masih ingin memotret-motret relief. Jadi aku dan Mama turun dan berhenti di “lantai dasar” Borobudur saja. 

Mama syuting-syuting aku, sekarang Papa foto'in aku dan Mama :)

Aku yang foto-foto Mama aja deh, hasilnya lumayan bagus, lho! Setelah itu, Papa turun juga deh… dan aku foto bareng deh mereka.

Sekarang giliran aku foto-fotoin Mama & Papa, gimana... bagus kan hasil jepretanku?


O, ya... saat di bawah Papa membeli banyak kaos jogja dan buku tentang Borobudur. Kalau aku sih minta dibeliin stupa-stupaan sebagai tanda aku pernah ke tempat ini. Mama beli apa? Mama malah beli tahu dan bakso tusuk hahaha… rasanya sih tidak seenak cilok Bandung, tapi lumayan lah buat iseng-iseng katanya. 

Cari oleh-oleh di seputar Borobudur.


Melihat Candi Mendut Sebentar…

Selesai dari Candi Borobudur, kami diantar ke Candi Mendut. Tapi tidak turun, Papa sih cuma foto-foto aja. Candi Mendut tidak sebesar Candi Borobudur. Kalau kubaca di buku tentang Borobudur itu sih… dulunya, umat Hindu itu sebelum ke Borobudur, singgah dulu ke Candi Pawon dan Candi Mendut. Ada urutannya gitu deh... 

Ini Candi Mendut, lho...


Mama Promo Mirota Terus, Deh

Mirota! Mirota! Mirota!
Dari Borobudur, Mama katanya pengen ke Mirota. Apa sih Mirota itu…? Aku sebenarnya ingin langsung ke hotel saja. Aku ingin santai-santai di hotel, kakiku pegal juga berjalan-jalan terus. Aku membayangkan… sepertinya ke Mirota itu bakal pegal juga kayak kemarin malam. Tapi Mama itu promo terus. Mama itu bilangnya kayak gini nih… “Mirota itu tempat membeli oleh-oleh terkeren dan ternyaman di Jogja. Mirip di Krishna Bali lah pokoknya. Barangnya bagus-bagus. Ada AC-nya, dingin, wangi, sejuk ada musik jawanya lagi. Rhandy pasti suka deh. Di sana kan banyak banget souvenir, kita bisa milih-milih sendiri dan nggak perlu nawar-nawar dulu kayak kemarin di pinggiran Malioboro.”

Lumayan, aku dapat wayang!
Aku ya diam saja, mungkin memang benar kali, pikirku. Ternyata bukan pikirku, tapi kenyataannya memang  seperti yang dipromosikan Mama hehehe! Aku beta…aah sekali di Mirota. Terutama yang di lantai 2. Wah… aku sampai bingung saking senang melihatnya. Toko oleh-oleh ini besar sekali. Semua barang yang dijual tertata rapi dan ada bandrolnya. Ada gantungan kunci banyak, hiasan-hiasan, mainan, peralatan rumah-tangga, tas, dompet, lukisan, terus eh… ada juga wayang-wayangan. Banyak banget modelnya. Wah aku jadi langsung deh minta ke Mama beliin wayang dan beberapa gantungan kunci. Aku kan suka mengoleksi gantungan kunci dan souvenir miniatur bangunan khas setempat. Kalau Papa bepergian ke luar kota atau ke luar negeri… aku pasti minta dibelikan gantungan kunci dan miniatur bangunan khas tempat Papa meliput.

Baiklah… aku lanjutkan lagi tentang Mirota. Kulihat… Mama sedang mencium-cium beberapa parfum kesukaannya. Sesekali ia berputar ke arah etalase yang memajang gelang-gelang besar. Mama memang suka membeli gelang berukuran besar. 

O, ya… Papa ke mana ya? Hohoho… Papa sedang ke Pasar Beringhardjo dulu. Pasar Beringhardjo itu berada tepat di seberang Mirota. Pasar ini termasuk pusat oleh-oleh juga. Di sana banyak dijual pakaian, makanan, souvenir dan lain-lainnya khas Jogja. Harganya pun bisa lebih murah dari Mirota… tapi ya harus pintar menawar-nawar. Di sana, Papa membeli baju batik, oleh-oleh makanan seperti lamting dan bakpia… dan mencoba makan gudeg langsung secara live di tempat… serta membeli beberapa bungkus gudeg untuk makan sore di hotel nanti hehehe! 

Ke Tempat Pergudegan!
Gerbang pergudegan kalau difoto siang hari.

Malamnya, kami siap-siap lagi untuk ke luar hotel. Awalnya sih cuma mau beli aqua, makanan cemilan, buah-buahan, dan sabun di Indomart. Habis, bingung juga mau ke mana yaaa hehehe... Mama sih malah mau ke Mirota lagi. Kata Papa kalau malam-malam waktunya kurang. Lebih baik besok saja. 

Jadiii… akhirnya diputuskan ke pusat pergudegan di Jalan Wijilan! Ke sana kami menggunakan 2 becak. Aku dengan Mama. Papa sendirian. Setelah, memasuki gerbang Jalan Wijilan dan kedai-kedai gudeg di sana, aku dan Mama jadi membahas buku komik 3 MANULA JALAN-JALAN KE SELATAN JAWA hahaha! Persis sekali seperti di dalam buku komik itu keadaannya. 

Ya, kami memilih berhenti di kedai gudeg Yu Jum. Ada 2 restoran Yu Jum yang berdekatan. Satunya restoran besar, satu kecil dan lesehan. Saat kami turun dari becak, kedua tukang becak itu menawarkan, mau ditunggu apa ditinggal. Mereka tidak berkeberatan kalau disuruh menunggu. Ummm, tapi… kata Papa gapapa deh ditinggal juga, soalnya takut kelamaan, kasian ntar nunggu…

Di Yu Jum, kami memesan gudeg, rasanya enak tapi ternyata agak mahal ya. Dan agak lempeng-lempeng begitu ya pelayannya. Setelah selesai makan, kami berjalan sambil melihat-lihat kedai yang ada di sana. Tepat di depan Kedai Gudeg Bu Widodo, Papa masuk dan memesan beberapa bungkus. Wah di sini ternyata harganya jauh lebih murah dan pelayannya malah lebih ramah deh perasaan. Habis itu… pulang deh mencari becak.

Whoaaa… Satu Becak Bertiga!


Nah… pas mau cari becak lagi… ternyata abang becaknya itu agak susah dicari alias jarang. Ada sih, tapi mereka itu abang-abang becak yang sedang nungguin penumpang yang lagi makan gudeg. Wah… kalau tahu gitu sih mendingan disuruh nunggu aja tadi?

Ya sudahlah… singkat cerita akhirnya dapat juga becak. Tapi cuma ada satu. Abang becak itu mau nganterin kita ke hotel. Aku lihat… dia itu sudah tua sekali sepertinya. Badannya juga tidak besar. Tapi, kata si abang becaknya, gini… “Ndakpapa bertiga juga wong dah biasa.” Iya mungkin biasa, tapi kan aku, Mama dan Bapa’ bukan keluarga biasa. Keluarga besar. Maksudku… keluarga berbadan tinggi besar hahaha!

Bisa dibayangkan kan... ketika aku, Mama dan Papa masuk dalam satu becak? Menuh-menuhin bungkusnya! Mana bawa belanjaan dan tas-tas, lagi. Apalagi abang becaknya sudah tua, sepertinya ia perlu mengeluarkan banyak tenaga tambahan. Mungkin habis menarik becak, dia perlu makan gudeg sepiring-sepiring dari tiap kedai di Wijilan hihihi! Pantasnya yang menggowes becak kami itu adalah… Bima dari Pandawa Lima itu, lho… baru deh paaasss!
 
Tahu, nggak... itu sepanjang perjalanan aku nggak bisa menahan ketawa hahaha… menurutku kalau dilihat dari luar kami itu tampak lucu sekali! Apalagi ketika jalannya agak sedikit nyengsol-nyengsol, menanjak, dan melambat… aku jadi geli campur kasihan memikirkan abang becaknya. Udah gitu, Mama juga ngomong yang lucu-lucu… katanya “Wah, Mama harus duduk nyender terus nih sama Bapa’ supaya becaknya gak kejungkel ke depan Hahaha!” Trus Mama bilang lagi katanya pahanya pegal menahan berat badanku yang 44,5 kilogram ini hihihi…! Aku jadi semakin ingin ketawa.

Harusnya duduk sendiri-sendiri kayak gini kali yaaa hehehe...!
Yah, begitulah… karena kami sudah tak tega lagi akhirnya diputuskan turun depan Indomart saja. Tidak sampai hotel. Kasian hehehe. Setelah itu kami berjalan kaki ke hotel. Fyuh, ada-ada saja ya. Aku bilang sama Mama, “Mama, aku gak mau naik becak bertiga lagi ah, serem takut jatoh huehehe...!”

Sampai di hotel, Papa langsung tidur. Aku sih udah mandi. Hmmm, gimana nih Papa katanya sampai rumah mau makan gudeg lagi. Tapi malah tidur. Ya sudah aku dan Mama nonton Mahabharata dulu deh di ANTV. Pas lagi adegan Pandawa di Hutan Ogre. Tapi Mahabharata belum selesai, aku sudah mulai mengantuk juga. Jadinya aku bobo juga kayak Papa. Mama sih lanjut nonton Mahadewa kayaknya.  Ngantuk deh bobo aaah.... 


Jumat, 27 Juni 2014
Selanjutnya… ke Keraton Jogja!
Dari balik gerbang keraton...

Tujuan wisataku hari ini adalah… Keraton Jogja. Seperti biasa deh, perginya naik becak. Becaknya dua, lho… hihihi!

Eh, aku langsung cerita di keratonnya aja, ya? Jadi gini… sesampainya di sana, Papa beli tiket. Tiket masuk ke Keraton Jogja murah, hanya 12.500 rupiah. Ditambah biaya 1000 rupiah untuk yang membawa kamera digital. Dengan tiket segitu itu, aku bisa menjelajah hampir semua lingkungan istana yang super luas itu. Kata Pak Penjaga tiketnya itu… kami diharuskan untuk tidak memakai topi atau kaca mata bila masuk ke lingkungan keraton. Hmmm, sepertinya untuk menghormati kebudayaan jawa. Jam berkunjung ke Keraton untuk hari MInggu dan hari lainnya di batasi dari jam 7 sampai jam 12 siang.

Memasuki areal Keraton Ngayogyakarta, Papa foto-fotoin aku dan Mama dari belakang hehe...

Pertama kali memasuki gerbang keraton, aku foto-foto dulu. Papa siap dengan kameranya. Dan Mama siap dengan tabletnya. Hmmm, aku melihat suasana sekitarnya. Ada bangunan joglo yang terbuka. Di sana ada semacam penyanyi Jawa, kata Mama itu namanya sinden. Di depan sinden itu, disediakan tempat duduk untuk pengunjung. Aku dan Mama duduk aja sebentar. Sambil melihat-lihat keadaan hehehe!

Setelah itu, aku mulai menjelajah deh ikut-ikut ke mana Mama dan Papa melangkah. Oya… di sana ada banyak bapak-bapak atau ibu-ibu berpakaian Jawa. Yaiyalah… hahaha. Kuperhatikan, yang bapak-bapak itu pakai blangkon, surjan, sama kain. Trus, yang ibu-ibu disanggul terus pakai kain kemben gitu deh. Kata Papa, mereka itu disebut Abdi Dhalem. Abdi Dhalem itu… pekerja khusus keraton yang sangat setia dan hormat pada raja. Trus, mereka itu katanya tidak boleh atau dilarang membelakangi Kedhaton yang ada di sana. Kedhaton itu kan simbol Raja, tempat Raja duduk. Gitu… Oya, Papa dan Mama foto bareng sama beberapa abdi dhalem, lho! Malahan sampai ngobrol-ngobrol segala. Lihat aja tuh difoto, hehehe!


Papa dan Mama Bersama para Abdi Dhalem.

Setelah puas di Keraton… aku, Mama dan Papa cari jalan keluar keraton. Siang itu jam sudah menunjukkan jam 11 lebih. Papa bingung mau jumatan di mesjid mana. Pas lagi mau cari-cari mesjid gitu, eh ada tukang becak ngedeketin Papa. Katanya dia tahu mesjid yang dekat dengan tempat wisata. Lalu, Papa setuju deh dan kami naik 2 becak lagi.

Aku, Mama dan Bapak Nyobain Permainan 
di  Masangin!

Sepulang Jumatan, aku bilang sama Mama dan Papa, aku ingin ke... Masangin! Itu lho… 2 pohon beringin kembar. Masangin ini termasuk tujuan aku ke Jogja, hihihi. Soalnya aku lihat di buku 3 Manula  Jalan-Jalan ke Selatan Jawa itu, ada games di Masangin. Gamesnya itu, mata kita ditutupi kain hitam, terus berjalan pelan-pelan lurus, tapi… harus sampai di antara 2 pohon kembar itu. Kalau berhasil, akan mendapat berkah. Gitu.

Ketawa sambil batuk-batuk hahaha!
Nah, kesempatan itu tak aku lewatkan. Aku mau nyobain ah. Tapi yang pertama nyobain itu Papa. Papa itu pernah bilang ke aku katanya sangat yakin banget bakal bisa memainkan permainan itu dengan sukses. Papa lalu pakai penutup mata hitam, terus mulai berjalan. Malah sambil melangkah pakai nyanyi-nyanyi segala sambil tangannya gerak-gerak kayak dirijen orkestra aja, hahaha…! Pede abisss! Sementara itu, aku dan Mama ketawa terus karena langkah Papa itu semakin lama semakin nyengsol ke kiri dan kalau dibiarkan bisa ke arah jalan raya yang ada angkot-angkot lewat itu. Aku langsung bilang STOP! Dan Papa pun langsung ketawa sambil terbatuk-batuk hahaha!


Baiklah, saatnya aku mencoba. Setelah mataku ditutup penutup mata, aku mulai berjalan perlahan. Aku mendengar Papa nyanyi-nyanyi juga di sekitarku. Mungkin Papa menyanyi supaya aku merasa tenang ada yang nemenin. Perasaan, aku berjalan jauh sekali. Kenapa belum sampai, ya? Tiba-tiba Papa bilang STOP! Tahu nggak pas aku buka mata ada di mana!? Waaah, malah di depan bapak-bapak! Eh, tapi aku hampir sukses lho… aku ada di sekitar pagar putih di sekitar pagar pohon yang sebelah kiri! Padahal1-2 meter ke kanan sedikiiiit saja, aku sudah bisa dinyatakan berhasil. Waduh, sayang banget yaaa!

Hei, Mama... Mama jauh sekali dari tujuan, itu beringinnya di kiri heiiii hihihihi!









Papa udah, aku udah. Mama? Belooom! Giliran Mama lucu deh hihihi… masa baru ditutupin matanya, jalan sedikit, gual-geol, ketawa-ketawa eeeeh malah langsung belok ke kanan hahaha… kalo dibiarin bisa membentuk lingkaran hahaha! Jauh banget ah Mama maaah!


Pssst… Abang Becak Itu Suka Ngatur-Ngatur, Ya? 

IYA! Tukang becak yang ngajak-ngajak ke sana-ke mari dari keraton itu suka ngatur-ngatur. Mungkin tukang-tukang becak yang di tempat wisata itu suka begitu, ya? Agak maksa sedikit hehehe! Katanya 20 ribu untuk 5 wisata. Pas Papa tanya apa aja tuh nama 5 tempat wisatanya? Tahunya tukang becak itu bingung sendiri, gak tahu 5 tempat wisata itu apa aja. 
Lagi di rumah batik...


Papa lagi ngegangguin pembatik hehehe. Pembatiknya itu padahal patung, lho!
Ah, kalau ada tukang becak yang ngajak-ngajak gitu,  jangan mau diatur deh. Mereka itu suka membawa kita ke tempat-tempat yang nggak kita inginkan. Maksudnya, ke tempat-tempat yang bukan utama. Misalnya ke sanggar lukis temannya tukang becak, ke tempat penjualan batik yang masih temannya si tukang becak juga kele…eesss. Tapi, karena sudah telanjur naik becaknya, jadi ya udah Papa yang ngatur tukang becaknya gantian hehehe! 

Jadi, akhirnya kami sempat ke Taman Sari tempat pemandian putri-putri kerajaan. Hmmm, aku lihat-lihat tempatnya kurang terawat deh. Jadi nggak berlama-lama di sana. Kami hanya melihat-lihat sebentar, foto-foto, istirahat untuk makan. Lalu kembali ke becak dan minta diturunin di luar keraton aja. Untuk pulang, lebih baik ganti becak yang tukang becak yang nggak suka ngatur-ngatur, deh!


  


Waduh, Naik Becak Bertiga Lagi!

Dari depan keraton itu kami berjalan agak jauh, menghindari tukang becak yang malesin tadi hehehe! Sampai di ujung jalan kami bertemu tukang becak lainnya yang kelihatannya lebih ramah. Dia bilang mau antar ke hotel, bertiga satu becak juga gapapa, katanya.

Aku liat-liatan sama Mama? Haaa… bertiga lagi. Oh no hehehe! Ya sudah lah, karena nyari becak agak sulit juga, aku mau-mau aja deh yang penting bisa segera pulang ke hotel. Eh, tapi sebelum ke hotel, Mama bilang pengen ke Mirota lagi. Pengen cari batik dan souvenir lainnya. Kali ini aku setuju, aku juga pengen dibeliin wayang lagi. Biar wayang yang kemarin aku beli, ada temennya hehehe!

Singkatnya aku, Mama ke Mirota lagi. Kali ini Papa ikut juga belanja di Mirota. Habis itu ke Beringhardjo lagi deh… Mama dan aku juga ikut Papa loh ke Beringhardjo Hehehe!

Mampir di Vredeburg…

Huppp! Aku lagi di Museum Benteng Vredeburg!

Mumpung masih di sekitar Malioboro, kami jalan-jalan sampai akhirnya mampir dulu ke Museum Benteng Vredeburg untuk melihat-lihat, istirahat, dan foto-foto dulu. Di dalam museum ada banyak diorama-diorama tentang sejarah Indonesia. Aku sempat di-syut juga sama Mama.

Setelah itu, Mama beli bakso dan siomay yang ada di depan museum hehehe…! Dan naik becak lagi menuju hotel. Bakso dan siomaynya biasa aja, gak terlalu enak ah.

Sampai hotel, istirahat dulu. Malamnya Papa keluar sebentar untuk beli makan malam. Hehehe, bukan gudeg. Tapi… capcay dan nasi goreng kepiting. Wah porsinya banyak sekali… dan rasanya cukup lezat. Aku kekenyangan…

 
Fyuhhh, akhirnya sampai hotel juga, besok kita mau pulang ke Jakarta deeehhh...

Sabtu, 28 Juni 2014
Aku Siap-Siap Kembali ke Jakartaaa! 

Heuummmmfff....

Hari ini terakhir di Jogja deh. Aku naik kereta lagi yang jam 8. Aku mau ketemu Jakarta lagi, hehehe! Kapan-kapan mungkin aku mau ke Jogja lagi, hehehe!(selesai)

3 komentar: